Jakarta, Dewata News.Com - Jika RUU Pilkada disetujui, Pengamat Politik dari Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti memastikan UU ini menjadi warisan terburuk dari SBY. Soalnya, UU ini produk antidemokrasi dan seperti mengembalikan gaya pada jaman orde baru.
Hal itu dikemukakannya dalam diskusi "Menolak Warisan RUU Anti
Reformasi dari Rezim SBY : Pilkada via DPRD" di Jalan Sunda, Jakarta,
Senin (08/09). Pembahasan ini menyikapi rencana DPR mengesahkan RUU tentang
Pilkada menjadi UU. Di dalamnya tertulis soal pengembalian proses pemilihan
bupati/walikota dan gubernur kepada kekuasaan perwakilan melalui DPRD.
Padahal dengan pemilihan langsung, calon yang muncul akan melalui
seleksi ketat. Semua akan berlomba melakukan yang terbaik. Ray mengatakan jika
langkah ini dilakukan koalisi merah putih untuk menghalangi pemerintahan
Jokowi, mereka salah hitung.
"Itu angan-angan terlalu besar. Pemilihan lewat DPRD akan menjadi
awal perpecahan koalisi merah putih. Yang kalah (suara) tidak akan dianggap
layak jadi pemimpin. Golkar pasti ingin sapu bersih semua tempat karena dia
unggul," kata Ray.
Praktisi Hukum Konstitusi Ahmad Wakil Kamal mengatakan hak rakyat yang
selama ini sudah memilih langsung dirampas jika pemilihan melalui DPRD. Hal ini
melanggar asal 27 ayat 1 UUD 1945. Dia juga pesimis prmimpin brilian bsa muncul
karena yang ada nantinya oligarki kekuasaan parpol. "Nanti justru money
politic akan luar biasa. Jangan anggap ini mencegah money politic," kata
Ahmad.
Ahmad mengatakan UU ini perlu ditangguhkan ke pemerintah baru. Ahmad
juga menduga pemilihan melalui DPRD hanya bentuk balas dendam semat karena
koalisi merah putih kalah dalam pilpres.
Pakar Politik dari Universitas Islam Indoesia (UIN) Andar Nubowo
mengatakan perubahan pemilihan kepala daerah secara langsung menjadi melalui
DPRD sangat mengkhawatirkan. Indonesia sudah berjuang membangun reformasi
tetapi ada upaya mengambalikannya pada kekuatan lama.
"Rakyat sudah senang bisa pilih pemimpinnya secara langsung. Ketika
elite politik yang dulu menolak malah mendukung ini ada apa? Kalau memilih
secara langsung ada konflik sosial, itu soal pendidikan politik," kata
Andar. (DN~PR)***
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com