Dibalik Glamor Lovina Festival, Liarnya Lovina Tak Ada Peduli - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

9/26/14

Dibalik Glamor Lovina Festival, Liarnya Lovina Tak Ada Peduli



           Sempadan pantai yang dicaplok untuk bangunan dibeberapa titik kawasan wisata Lovina 
Denpasar. Dewata News.Com Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui leading sector Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) untuk ketiga kalinya secara rutin setiap tahun menggelar Festival Lovina yang dipusatkan di pantai Bina Ria, Desa Kalibukbuk, Lovina.

     Seperti halnya gelaran Lovina Festival & Sail Indonesia 2014 yang digulirkan, sejak hari Kamis (25/09) sekitar pukul 18.00 Wita petang setelah dibuka resmi oleh Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana. Acara serimonial yang molor satu jam dari undangan itu diawali denganparade budaya dari desa penyangga kawasan wisata Lovina, seperti Pemaron, Tukadmungga, Anturan, Kalibukbuk, Kaliasem dan Desa Temukus.

     Selain itu, kegiatan pembukaan yang glamor dengan kesenian Ngoncang, Gegitaan, Grembengan dalam rangka menyambut tamu undangan. Dibalik itu,para pengusaha hotel dan restoran yang berdampingan dengan pusat gelaran Lovina Festival mengaku tidak dapat undangan. Padahal, PHRI Cabang Buleleng terlibat langsung dalam kegiatan Lovina Festival dan Sail Indonesia 2014, seperti diakui pekerja sekaligus pemilik hotel dan restoran tidak jauh dari Patung Lumba-Lumba sebagai maskot Lovina yang tak bersedia namanya ditulis.

    Sebelumnya sekitar pukul 08.00 Wita sudah memajang berbagai jenis pameran Handycraft, dilanjutkan dengan kegiatan PHRI dengan ”Food and Exhibition”, serta lomba fotografi.

     Dibalik glamornya Lovina Festival yang digelar selama tiga hari, hingga Sabtu (27/09), Dewata News menelusuri bagaimana liarnya Lovina, seperti pengkaplingan sempadan jalan yang menuju Zurich Bar&Karaoke yang kini sudah ditutup karena bermasalah ”kebisingan”, dan jalan di sebelah utara restoran Kakatua yang sebelumnya lebar 4 meter menjadi 1,5 meter.
          


           Jalan dipersempit dari 4 meter jadi 1,5 meter dan pajangan jemuran di sentra Lovina
   Dampaknya, mobil yang keluar masuk di sepenjang jalan yang dihuni beberapa hotel dan restoran tidak bisa papasan. Termasuk pula, dipersempitnya sungai yang membagi Desa Kalibukbuk-Kaliasem yang diurug oleh pemilik bangunan restoran, mengakibatkan setiap musim hujan, jalan menuju pantai Bina Ria banjir, bagaikan sungai                                                   

     Begitu pula garis sempadan pantai dibeberapa titik kawasan wisata Lovina, dengan mengurug  tidak ada masyarakat maupun LSM peduli lingkungan yang menggubris dan meributkan. Memanmg beda dengan ribut-ributnya reklamasi di teluk Benoa, Badung.

     Bahkan, kata salah seorang pekerja sekaligus pengusaha hotel dan restoran itu, liarnya Lovina itu sudah dilaporkan kepada dinas/instansi berwenang di Pemkab Buleleng, tapi sepertinya tetap cuek dan ”buta bongol”, dengan memilih promosi ke London, dan serba festival. ”Semua itu akan sia-sia dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Buleleng, kalau liarnya Lovina itu tidak ditertibkan. Singapura tidak punya apa-apa tapi hukumnya ditegakkan, aman, bersih, tertata, dikemas dengan baik, sehingga kunjungan wisatawan mengalahkan Bali,” ungkap pengusaha hotel yang maral melintang di dunia pariwisata.
   .Who cares? Atau Siapa Peduli. (DN~TiR).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com