Illustrasi air bersih |
Buleleng, Dewata News.Com – Ida Ayu Mei Suryaningsih (21), seorang mahasiswi yang tinggal di sebuah rumah kos Jalan Laksamana, Desa Baktiseraga, Singaraja, Senin (8/9) pagi akan mandi. Perempuan yang akrab dipanggil Dayu itu akan berangkat kuliah di D3 Perhotelan Undhiksa, Singaraja.
Namun, air di bak mandinya kosong dan ketika ia membuka kran, air yang
diharapkan tidak mengalir. Ia pun kecewa dan memutuskan untuk tidak berangkat
kuliah hari itu.
Seorang ibu penjaga kos yang akrab dipanggil Komang (38) menuturkan,
rumah kos yang disewakannya itu masih menggunakan PAM Desa. Semua rumah di Desa
Baktiseraga masih belum dialiri air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Buleleng,
sehingga sesekali air tidak mengalir, khususnya pagi hari.
"Apalagi kalau kemarau begini. Airnya susah mengalir kalau pagi
hari. Karena kan semua orang pada ingin mandi. Makanya malam hari baknya
dipenuhi dulu biar paginya tidak bingung," kata Komang.
Meski Desa Baktiseraga termasuk wilayah Kota Singaraja, namun lokasinya
berada di pinggiran. Selain itu juga berada di dataran yang lebih tinggi
dibandingkan kelurahan. PDAM pun mengaku masih belum memiliki sumber untuk
mengaliri daerah tersebut.
"Memang di Baktiseraga masih belum ada sambungan PDAM.
Pengelolaannya masih ada di desa. Tapi kami bersedia membantu desa untuk
memberikan bintek (bimbingan teknis) tentang pengelolaan air minum," kata
Direktur Utama (Dirut) PDAM Buleleng, Made Lestariana ketika ditemui terpisah usai upacara peringatan Ulang
Tahun ke-28 PDAM Buleleng, Selasa (09/09).
Selain itu sekarang memasuki musim kemarau panjang. Bahkan di Buleleng
debit air turun sebanyak 15 sampai 20 persen. Lestariana mengungkapkan,
penurunan debit air itulah yang menyebabkan beberapa daerah di Buleleng krisis
air bersih, khususnya di daerah dataran tinggi.
"Kami akui di beberapa desa masih krisis air bersih. Memang masih
banyak warga yang belum mendapatkan air minum layak," kata Lestariana.
Menyikapi hal ini, Lestariana mengaku tidak dapat berbuat banyak. Sebab,
pihaknya kini masih menghadapi kendala kapasitas produksi. Menurutnya, kini
peningkatan kebutuhan air minum masyarakat lebih tinggi dibandingkan
peningkatan kapasitas produksi. Ini dikarenakan semakin banyaknya pertumbuhan
pemukiman baru.
"Kami hanya bisa mengelola dan melindungi agar bisa dimanfaatkan
untuk pelayanan masyarakat," katanya.
Bahkan, ia mengaku tidak dapat menjangkau daerah yang berada di daerah
dataran tinggi. "Kami masih belum bisa memenuhi keinginan masyarakat yang
secara teknis dan ekonomis sulit dilayanai seperti di daerah perbukitan,"
ujarnya. (DN~TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com