Tokoh Pariwisata Ketut Englan Telah Berpulang - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

8/24/14

Tokoh Pariwisata Ketut Englan Telah Berpulang

 I Ketut Englan alm.


Buleleng, Dewata News.Com –  Ketut Englan yang dikenal sebagai tokoh pariwisata di Bali Utara, di usia 69 tahun telah meninggal dunia pada hari Sabtu, tanggal 23 Agustus 2014 sekitar pukul 05.55 Wita.

      Sebagai tokoh pemerhati pariwisata dan budayawan kelahiran Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini pernah memiliki idealisme menjadi kandidat Calon Wakil Bupati Buleleng mendampingi Made Westra sebagai Calon Bupati Buleleng periode 2007-2012.

     Semangat menjadi kandidat yang didukung Koalisi Kebangsaan (Gabungan PKPB dan PKB) waktu itu, menurut beliau, karena melihat keterpurukan pariwisata di Buleleng yang belum nampak perbaikannya, namun cita-citanya itu kandas dalam Pilkada 12 Juni 2007 itu kalah atas rivalnya lebih tangguh.

     Ketut Englan almarhum juga tercatat sebagai salah satu tokoh Bali dari Buleleng ini akan dipelebon pada hari Selasa (26/08) dan upacara pelaksanaannya di Dusun Tengah, Desa Banyuatis.

    Mantan Ketua PHRI Cabang Buleleng senantiasa penuh inisiatif untuk memajukan pariwisata di Bali Utara, diawali dengan pembangunan ”Patung Lumba-lumba” yang dikenal sebagai “Dophin Statue” di pusat kawasan wisata Lovina, yang dikenal dengan Bina Ria. Beliau ingin memajukan kepariwisataan dengan membuat “land mark”, yaitu berupa patung lumba-lumba karena lumba-lumba merupakan daya tarik wisata Bali Utara dan bahkan dianggap sebagai “ikon” pariwisata Bali Utara.
                                                                         
  Patung Dolpin "trade mark" Lovina salah satu inisiatif alm. Englan
     Rancangan gambar patung lumba2 waktu itu dirancang oleh Bapak Ketut Tusan, seorang tokon seniman dari Kecamatan Tejakula. Patung lumba-lumba dirancang dengan mahkota sebagai penghargaan alm. AA Agung Padji Tisna, yang diakui oleh Gubernur Bali sebagai tokoh pariwisata dan pionir pariwisata Buleleng.

      Patung dibangun dengan sistim gotong royong dan uang iuran dari anggota PHRI Cabang Buleleng. Mekipun almarhum Ketut Englan menggeluti dunia pariwisata dengan ”Bali Taman Hotel& Spa, tetapi sangat mencintai seni budaya. Dengan biaya sendiri beliau mendirikan “Open Stage” di kawasan Lovina dan sering mengadakan pementasan di panggung milik beliau tersebut, meskipun secara ekonomi pementasan tersebut tidak akan menguntungkan beliau. Antara lain adalah keinginan beliau mengembalikan tarian joged ke bentuk aslinya dengan mengadakan “Festival Joged”. Sayang kawasan ”Open Stage” itu, saat ini sudah dirombak total.
.
     Disamping itu, almarhum Ketut Englan juga sangat aktif untuk membantu pendirian ”Musium Buleleng” yang diketuai oleh Mantan Bupati Buleleng,  Ketut Wirata Sindhu, sebagai usaha melestarikan warisan budaya Bali Utara, yang kabarnya sekarang musium tersebut sudah hampir bangkrut.

     Selaku Ketua PHRI Buleleng bersama jajarannya, ikut dalam gerakan menolak pembangunan PLTGU Pemaron, karena PHRI berpendapat sebagai kawasan wisata seharusnya tidak diijinkan ada industri. Industri pembangkit tenaga listrik PLTGU tersebut dianggap beertentangan dengan penetapan sebagai kawasan wisata. Yang ditolak bukan pembangkit tenaga listriknya, karena PHRI juga memerlukan tenaga listrik, akan tetrapi lokasi proyek kelistrikan tersebut, sehingga diusulkan pengembangan pembangunan PLTGU itu di Celukan Bawang, karena Celukan Bawang telah ditetapkan sebagai “kawasan industri”. Perjuangan PHRI tersebut sampai ke PTUN, meskipun akhirnya kalah oleh Pemkab Buleleng dibawah kepemimpinanBupati Putu Bagiada waktu itu.
 
     Sebagai salah seorang warga Desa Banyuatis, almarhum Ketut Englan yang pertama mengangkat nama desa kelahirannya melalui produk usahanya “Kopi Banyuatis” dan membangun “Kopi House” yang dikenal dengan brand “Ngiring Ngewedang” terletak didaerah perbukitan tidak jauh dsri obyek wisata Danau Tamblingan. Ditempat tersebut tamu-tamu dapat melihat proses pembuatan kopi bubuk dengan keterangan dua bahasa yaitu Indonesia dan Inggeris, termasuk seniman dan budayawan Putu Wijaya.
.
                                                                  
     Ketika mendampingi seniman yang dibesarkan di Buleleng ini, Putu Wijaya melontarkan kata puitisnya ”Dibalik nikmat secangkir kopi Banyuatis”, karena Banyuatis, Buleleng adalah sebuah kawasan yang terkenal sebagai pusat kopi ...
 
     Tokoh pariwisata penuh senyum ini sebagai Ketua PHRI sangat akrab dengan anggotanya dan juga selalu bersinergi dengan Dinas Pariwisata pada waktu itu. Dimana ada kegiatan PHRI pasti Dinas Pariwisata ada juga disitu.                                                                 
   Sebagai tokoh pariwisata, beliau juga sangat menggemari sapi gerumbungan sebagai atraksi khas Buleleng dan aktif mementaskan atraksi ini untuk wisatawan. Beliau sangat mendapat dukungan dari Bupati waktu itu, yaitu almarhum Ketut Ginantra.
                                                                 
    Sekarang beliau telah tiada. Teman-teman PHRI, pencinta seni, antara lain Gde Dharna, Ketut Mandiasa, AA. Brawida, dan banyak lagi yang tidak bisa menyebut satu persatu, tentu akan merasa kehilangan. Tapi apa yang telah diberikan kepada Kabupaen Buleleng ini, kontribusinya tanpa pamrih, karena kecintaannya kepada pariwisata, seni budaya dan lain-lainnya, tidak akan dilupakan.

     Amor ring Acintya, semoga arwah almarhum Ketut Englan mendapat tempat sesuai dengan amal baktinya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan lahir batin.(DN~TiR).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com