Cewek Bertato Identik dengan Cewek Kafe atau Nakal - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

6/1/14

Cewek Bertato Identik dengan Cewek Kafe atau Nakal


   Illustrasi tato bagian punggung

                                                   
    ~ Bagi sebagian orang, tato tak sekedar  seni melukis tubuh secara permanen, lebih dari itu, tato bisa menjadi media untuk menyimpan kenangan. Namun, pada saat yang sama, para penggemar tato juga harus menghadapi cibiran di tengah stereotip negatif masyarakat terhadap tato

Buleleng (Dewata News) –  Fakta dilapangan menunjukkan perkembangan komunitas tato belakangan ini sepertinya tidak lagi dikhususkan bagi orang dewasa saja. Buktinya belakangan ini juga telah menjalar di kalangan generasi muda, khususnya pelajar.

Banyak siswa yang mulai gemar akan lukisan tinta di tubuh. Fakta ini tentu membuat ketar-ketir dunia pendidikan, karena keberadaan tato identik dengan perbuatan negatif yang dilakukan penggunanya. Meski ada juga yang melihat tato sebagai seni (art).

    Jumlah pelajar yang tubuhnya ditato pun cendrung mengalami peningkatan. Tidak hanya laki-laki, tato juga mulai menjalari pelajar perempuan.

  Illustrasi tato pada tubuh cewek
    Dari informasi yang diperoleh dari salah satu pelaku usaha tato menunjukkan, kini banyak pelajar yang bertato. Terbukti, 70 persen pelanggannya adalah para pelajar. ”Tidak hanya pelajar cowok, pelajar cewek pun juga ada yang bertato untuk pemanis tubuh. Dulu, cewek bertato identik dengan cewek kafe atau nakal, tapi sekarang terkadang yang tidak pakai tato dicemooh dan kerap dibilang pingitan,” ungkapnya.
                                                            
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng Dewa Ketut Manuaba sangat menyayangkan bila ada pelajar yang bertato, apalagi sifatnya permanen. Menurutnya, pelajar sebagai generasi penerus harus bisa memberikan contoh yang baik bagi adik kelasnya.

     Apalagi dikhwatirkan jika ada pelajar bertato bisa menghambat masa depan mereka, khususnya saat mencari pekerjaan yang memang salah satu syaratnya tidak boleh bertato.

    Mengantisipasi hal ini, pihaknya meminta pihak sekolah bisa tegas mengambil tindakan jika memang anak didiknya diketahui bertato. ”Meski ada yang bilang tato adalah sebuah seni, tapi bagi saya pelajar kurang pas, karena belum saatnya. Karena itu seklah juga harus beranitegas mengambil tindakan, jika perlu berikan sanksi bagi anak didiknya yang bertato,” ungkapnya.

     Ia menyimak adanya PP 17 tahun 2010 yang mengatur tentang Pengelolaan Pendidikan, aretinya seklah sudah memiliki tata tertib dan kode etik tentang mana yang bolah dan tidak boleh.

    Sementara di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Bali dr.Ketut Suarjaya memaparkan, jika jarum tato yang dipakai untuk mentato tidak diganti atau dipakai berulang-ulang dan tidak disteril dengan baik, maka besar potensinya menularkan HIV apabila sebelumnya menato penderita HIV. ”Selain HIV, tato yang tidak steril juga menyebabkan penakit infeksi lainnya, seperti tetanus dan peradangan kulit. Meskipun jarum disteril, infeksi bisa juga terjadi jika kulit orang yang ditato kotor dan tidsk dibersihkan,“ tutur Suarjaya.

    Dokter asal Desa Pengastulan, Seririt, Buleleng ini mengatakan, ancaman pembengkakan pembuluh darah dan nyeri di jaringan saraf juga bisa terjadi, apabila tukang tato tidak memahami betul struktur organ yang hendak ditatonya. (DN~TiR).—


1 comment:

  1. seni itu di miliki oleh semua orang,namun bagaimana kita memanfaatkannya......

    ReplyDelete

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com