Denpasar (Dewata News) – Fraksi terbesar kedua di DPRD Bali hasil Pileg 2014, Golkar (pemilik 11 kursi parlemen) dan Demokrat (pemilik 8 kursi parlemen), keder juga dengan ancaman PDIP (penguasa 24 kursi parlemen) yang bakal gaet parpol-parpol gurem untuk bisa sapu bersih semua 4 jatah jabatan Ketua Komisi. Golkar pun siapkan dialog dengan PDIP, sehingga nantinya jabatan Ketua Komisi dan Alat Kelengkapan Dewan di DPRD Bali 2014-2019 bisa dibagi rata.
Wakil Ketua DPD I Golkar Bali I
Gusti Putu Wijaya di Denpasar, Kamis (22/05) menegaskan, pihaknya siap membuka
kompromi dengan PDIP. Wijaya menyebutkan, kalau dialogis dilakukan, maka
pemerintahan ke depan tidak ada istilah oposisi. Semuanya berangkulan satu sama
lain demi kepentingan Bali.
“Satu untuk semua. Kami menawarkan, mari kita sama-sama mengedepankan
dialog. Kalau itu terjadi, akan bagus bagi kondusivitas pemerintahan di Bali ke
depan,” ujar Wijaya yang juga mantan Ketua DPD II Golkar Tabanan.
Karena itu, Wijaya berharap jabatan di DPRD Bali hasil Pileg 2014
dibagi-bagikan secara merata. Jabatan yang diharap terbagi merata itu adalah 4
jatah Ketua Komisi Dewan (Ketua Komisi I, Ketua Komisi II, Ketua Komisi III,
dan Ketua Komisi IV), serta dua alat Kelengkapan Dewan yakni Ketua Badan
Legislasi (Baleg) dan Ketua Badan Kehormatan (BH).
“Bila perlu, bagi rata semua-lah. Maksud kami, bagi rata oleh
fraksi-fraksi yang ada di Dewan. Entah itu jabatan Ketua Komisi atau Alat
Kelengkapan Dewan lainnya. Bagi kami, lebih bagus seperti itu polanya,” ujar
politisi asal Kerambitan, Tabanan yang mantan anggota DPR RI di era Orde Baru
ini.
Namun demikian, Wijaya membantah kalau Golkar sudah mengutus dirinya
melobi Sekretaris DPD PDIP Bali, Nyoman Adi Wiryatama, untuk ngedum (bagi-bagi) jabatan secara merata
di DPRD Bali 2014-2019. Adi Wiryatama adalah petinggi PDIP yang nanti akan
dipercaya partainya menduduki jabatan Ketua DPRD Bali 2014-2019, menggantikan
AA Ngurah Oka Ratmadi yang lolos ke DPD RI.
Golkar sendiri sepertinya kapok dengan pengalaman pahit di DPRD Bali
hasil Pileg 2009 lalu. Kala itu, Fraksi Golkar terlalu jual mahal, sehingga
kehilangan jatah kursi Ketua Komisi II DPRD Bali 2009-2014 yang sebetulnya
telah diskenariokan akan diberikan oleh Fraksi PDIP.
Semula, Fraksi PDIP skenariokan akan mendudukkan anggota Fraksi Golkar
Dapil Buleleng, Nyoman Sugawa Korry sebagai Ketua Komisi II DPRD Bali
2009-2014. Namun, ternyata Sugawa Korry dijegal di internal Fraksi Golkar. PDIP
pun banting haluan melirik Demokrat, karena melihat Golkar tidak cocok diajak
kerjasama lantaran di internal saja tak solid. Jatah Ketua Komisi II DPRD Bali
akhirnya diberikan PDIP kepada Fraksi Demokrat (I Gusti Rai Putrayasa, lalu
beralih ke Putu Tutik Kusuma Wardani).
Sementara itu, kubu Demokrat juga punya pendirian hampir sama dengan
Golkar terkait ancaman PDIP untuk sapi bersih semua jabatan Ketua Komisi dan
Alat Kelengkapan Dewan. Informasi yang dihimpun, Jumat kemarin, internal
Demokrat ketar-ketir juga jika ancaman PDIp jadi kenyataan.
Namun, saat dikonfirmasi, Ketua Bidang Organisasi dan Kekaderan (OKK)
DPD Demokrat Bali, Ketut Ridet, menegaskan pihaknya masih menunggu arah angin.
Intinya, Demokrat sejauh ini belum bersikap dengan peluang dapat jatah jabatan
Ketua Komisi DPRD Bali hasil Pileg 2014.
Ketut Ridet menegaskan, saat ini angin politik di internal Demokrat ada
yang dingin dan ada pula yang sejuk. “Kita maunya yang sejuk dan adem,” tandas
politisi Demokrat asal kawasan pegunungan Desa Songan, Kecamatan Kintamani,
Bangli ini.
Menurut Ridet, kader Demokrat di DPRD Bali tidak akan saklek dalam
melakukan sebuah komunikasi politik untuk pemerataan komposisi jabatan.
Sebenarnya, tanpa jabatan Ketua Komisi pun, Demokrat bisa memainkan peran untuk
kepentingan masyarakat yang lebih besar. Tapi, akan lebih bagus jika ada kader
Demokrat yang pegang jabatan di Dewan.
“Demokrat memang bukan pemenang (kursi legislatif), tapi kami memimpin
di eksekutif (tempatkan Made Mangku Pastika sebagai Gubernur Bali, Red). Kami
harap tidak ada oposisi-lah. Kita lihat nanti sikap Fraksi Demokrat terkait
jabatan di Dewan. Sejauh ini, partai belum membahasnya,” ujar Ridet.
Sebelumnya, kubu PDIP menyatakan siaga penuh atas munculnya gerakan
koalisi dan skenario main keroyok oleh fraksi-fraksi non PDIP di DPRD Bali
2014-2019. Untuk menghadapi strategi main keroyok dalam perebutan 4 jatah Ketua
Komisi dan Alat Kelengkapan Dewan, PDIP pilih siapkan jurus ‘pemecah ombak’.
Jurus ‘pemecah ombak’ yang disiapkan PDIP itu adalah dengan merangkul
parpol-parpol gurem pemilik kursi parleman yang hanya mampu membentuk Fraksi
Gabungan di DPRD Bali hasil Pileg 2014. Fraksi Gabungan itu akan berisikan
empat partai dengan total 5 kursi parlemen, yakni NasDem (2 kursi DPRD Bali),
Hanura (1 kursi DPRD Bali), PKPI (1 kursi DPRD Bali), dan PAN (pemilik 1 kursi
DPRD Bali).
Nantinya, Fraksi PDIP (berkekatan 24 kursi parlemen) dan Fraksi Gabungan
(5 kursi parlemen) bisa saja berkoalisi di DPRD Bali 2014-2019, untuk
menghadapi tiga kekuatan yang ancam main keroyok, yakni Fraksi Golkar
(berkekatan 11 kursi parlemen), Demokrat (berkekatan 8 kursi parlemen), dan
Gerindra (berkekatan 7 kursi parlemen).
Ketua Fraksi PDIP DPRD Bali 2009-2014, Ketut Tama Tenaya, menegaskan
nantinya ada partai-partai yang diajak gabung sebagai pemecah ombak. Sebagai
imbalannya, partai-partai dalam Fraksi Gabungan yang diajak berkolaborasi oleh
Fraksi PDIP diberi kompensasi 1 jatah Ketua Komisi. Sedangkan PDIP borong 3
dari total 4 jatah Ketua Komisi.
“Ya, bayarannya satu jatah Ketua Komisi diberikan cuma-cuma. Kita sudah
siapkan jurus pemecah ombak itu. Jangan main-main dengan PDIP,” tandas Tama
Tenaya yang juga Bendahara DPD PDIP Bali di Denpasar.
Jurus pemecah ombak ini sebelumnya pernah diterapkan PDIP hasil Pileg
2009 lalu. Ketika itu, PDIP berkolaborasi dengan Demokrat untuk ‘kucilkan’
ribalnya seperti Golkar. Fraksi Demokrat kemudian diberi jatah Ketua Komisi II
DPRD Bali 2009-2014 (yang diduduki I Gusti Rai Putrayasa, lalu beralih ke Ni
Putu Tutik Kusuma Wardani).
Sementara Fraksi PDIP kala itu borong 3 jatah komisi lainnya, yakni
Ketua Komisi I (diduduki Made Arjaya, dari Dapil Denpasar), Ketua Komisi III
(diduduki Putu Agus Suradnyana dari Dapil Buleleng, kemudian dialihkan ke IGN
Suryanta Putra dari Dapil Tabanan), dan Ketua Komisi IV (diduduki Nyoman Parta,
dari Dapil Gianyar). Selain itu, Fraksi PDIP juga borong jabatan Ketua Baleg
dan Ketua BH DPRD Bali 2009-2014.
Tama Tenaya menegaskan, kalau satu fraksi saja bisa digaet seperti
Fraksi Gabungan (terdiri NasDem, Hanura, PKPI, PAN), maka yang lain semuanya
lewat. “Kemungkinan yang akan digaet adalah Fraksi Gabungan. Kalau Fraksi
Gabungan bisa digaet, yang lain lewat,” tandasnya. (DN~Prov.Bali/TiR).--
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com