Buleleng (Dewata News) – Hari Raya Kuningan diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali dalam kalender Bali tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan. (1 bulan dalam kalender Bali = 35 hari) dan kali ini berlangsung, Sabtu (31/05).
Di hari Raya Kuningan yang suci ini
diceritakan Ida Sang Hyang Widi turun ke dunia untuk memberikan berkah
kesejahteraan buat seluruh umat di dunia. Masyarakat Hindu di Bali yakini,
pelaksanaan upacara pada hari raya Kuningan sebaiknya dilakukan sebelum tengah
hari, sebelum waktu para Dewa, Bhatara, dan Pitara kembali ke sorga.
Hari
raya Kuningan adalah rangkaian upacara Galungan, 10 hari sebelum Kuningan. Ada
beberapa perlengkapan Hari Kuningan yang khas yaitu: Endongan sebagai simbol
persembahan kepada Hyang Widhi. Tamyang sebagai simbol penolak malabahaya.
Kolem sebagai simbol tempat peristirahatan hyang Widhi, para Dewa dan leluhur
kita.
Pada
hari Raya ini dibuat nasi kuning, lambang kemakmuran dan dihaturkan
sesajen-sesajen sebagai tanda terima kasih kita sebagai umat manusia atas
anugrah yang telah diberikan Hyang Widhi, sesajen itu berupa bahan-bahan
sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh beliau kepada umatNya
atas dasar cinta-kasihnya. Tamyang ini mengingatkan manusia pada hukum alam,
bila alam lingkungan kita jaga dan pelihara itu semua akan mendatangkan
anugerah dan kemakmuran, namun sebaliknya bila alam dirusak akan menimbulkan
bencana dan petaka buat kita dan umat manusia. Sedangkan endongan bermakna
perbekalan. Bekal yang paling utama dalam mengarungi kehidupan adalah ilmu
pengetahuan dan bhakti Oleh karena itu melalui perayaan Hari Kuningan ini umat
Hindu khususnya di bali, diharapkan mampu menata kembali kehidupan yang
harmonis (hita) sesuai dengan tujuan yang telah di gariskan oleh Hyang Widhi.
Seluruh
umat Hindu yang ada di Bali, termasuk di Kabupaten Buleleng melakukan upacara
adat Hari Raya Kuningan ini tidak di wajibkan melaksanakannya di pura, apa lagi
bila jarak pura terlalu jauh dari tempat tinggal. Pelaksanaan upacara ini bisa
dilakukan juga dirumah mengingat waktu nya yang terlalu singkat, kebiasaaan ini
menjadi salah satu adat yang terus dilestarikan hingga saat ini, Pada hari
Rabu, Kliwon, wuku Pahang, disebut dengan hari Pegat Wakan yang merupakan hari
terakhir dari semua rangkaian Hari Raya Galungan-Kuningan. Sesajen yang dihaturkan
pada hari ini yaitu sesayut Dirgayusa, panyeneng, tatebus kehadapan Tuhan Yang
Maha Esa sebagai pencipta bumi dan alam seisinya. Dengan demikian berakhirlah
semua rangkaian hari raya Galungan-Kuningan selama 42 hari.
Jadi
inti dan makna dari Hari Raya Kuningan itu sendiri adalah memohon keselamatan,
kemakmuran, kesejahteraan, perlindungan juga tuntunan lahir-bathin kepada para
Dewa, Bhatara, dan para Pitara agar semua yang diinginkan bisa terkabul dan
terlaksana seijin Hyang Widhi. (DN~TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com