Iluustrasi PSK Dolly |
Buleleng (Dewata News) – Rencana
walikota Surabaya Tri Rismaharini untuk menutup lokalisasi di gang Dolly yang
merupakan lokalisasi terbesar di Asia tenggara itu nampaknya juga akan berimbas
pada Kabupaten Buleleng.
Dengan penutupan lokalisasi Dolly, membuat PR baru untuk Pemerintah
Kabupaten Buleleng. Dengan penutupan lokalisasi tersebut maka secara tidak
langsung akan berimbas dengan semakin banyaknya eksodus PSK Dolly yang masuk ke
Kabupaten Buleleng.
Mengantisipasi hal ini, Pemerintah Kabupaten Buleleng berencana
melakukan sweeping penduduk pendatang (duktang). Diharapkan dengan
melakukan sweeping yang ketat, dapat meminimalisir PSK Dolly masuk ke Buleleng.
”Bagaimanapun upaya pemerintah untuk menertibkan penduduk pendatang,
sepanjang mereka dengan mudah mendapatkan kartu penduduk sementara, seperti
kipem dari kepala desa atau kepala kelurahan, mereka itu akan bekerja di tempat-tempat
hiburan, sejenis kafe yang makin menjamur hingga dipelosok pedesaan,” komentar
salah seorang pengunjung kafe 55 yang dijumpai suatu saat di kawasan Sangket.
Menurut dia yang tak mau disebut identitasnya ini, di pekerja yang
umumnya cewek di sejumlah kafe di Kabupaten Buleleng pada umumnya didominasi
dari Bandung, Jateng, Jatim, bahkan tak sedikit juga dari Jakarta dan Manado. ”Apakah
kita tahu dan sadar, bahwa mereka itu pada pekerjaan sebelumnya tidak seperti
cewek penghuni gang Dolly? Cuma mungkin sebutannya lebih halus sebagai cewek
panggilan, yang juga marak di Buleleng dari tingkat abu-abu hingga ayam kampus dipelihara,
sebut saja mami E. (DN~TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com