Koster Masih Memimpin - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

4/17/14

Koster Masih Memimpin



Dewata News - Caleg incumbent andalan PDIP, Wayan Koster, semakin sulit dibendung dalam perebutan kursi DPR RI Dapil Bali di Pileg 2014. Politisi PDIP asal Buleleng ini masih kokoh memimpin dengan perolehan sementara 120.156 suara. Sedangkan untuk perebutan kursi DPD RI Dapil Bali, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna berada di puncak tangga dengan suara sementara tembus 91.465. 

Berdasarkan hasil penghitungan suara tingkat Panitia Pemilih Kecamatan (PPK) sejumlah daerah di Bali, Selasa (15/4) Wayan Koster masih unggul jauh atas rival-rivalnya. Pesaing terdekatnya adalah Made Urip, calkeg incumbent DPR RI sesama dari PDIP, yang berada di peringkat kedua dengan perolehan sementara 73.367 suara. 

Sedangkan caleg incumbent DPR RI dari Golkar Dapil Bali, Gede Sumarjaya Linggih alias Demer, buat sementara berada di peringkat tiga dengan torehan 57.776 suara. Disusul kemudian Menteri ESDM Jero Wacik, caleg nomor urut DPR RI dari Demokrat Dapil Bali, yang berada di peringkat empat dengan 36.422 suara. Sekadar mengingatkan, urut-urutan ini sama persis seperti hasil final Pileg 2009 lalu, ketika Koster tampil sebagai jawara Dapil Bali dengan raihan lebih dari 185.000 suara---hingga jadi satu-satunya caleg yang tembus angka BPP (bilangan pembagi pemilih) di Dapil Bali. Waktu itu, Made Urip, Demer, dan Jero Wacik membayangi Koster. 

Sementara, caleg DPR RI dari PDIP Dapil Bali lainnya, Wayan Candra, buat sementara berada di peringkat lima. Mantan Bupati Klungkung dua kali periode ini berjaya dengan 29.792 suara. 

Wayan Candra sukses mengatasi dua caleg incumbent DPR RI dari PDIP Dapil Bali lainnya, Nyoman Dhamantra dan IGA Rai Wirajaya, yang masing-masing masih tercecer dengan 20.186 suara dan 18.185 suara. Candra dibayangi AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Golkar/21.240 suara) dan Gede Ngurah Wididana alias Pak Oles (hanura (20.308 suara). 

Berdasarkan penghitungan sementara, Candra meraih banyak suara di Jembrana, Buleleng, dan Bangli. Demikian pula dengan Made Urip, Ketua DPP PDIP asal Marga, Tabanan. Sedangkan Koster meraih suara terbanyak sementara hampir di semua Kabupaten/Kota se-Bali. Bahkan, di daerah asalnya, Buleleng, Doktor Matematika jebolan ITB ini berhasil sapu 62.733 suara. 

Dapil Bali mendapat jatah 9 kursi DPR RI hasil Pileg 2009. Berdasar Pileg 2009 lalu, PDIP sukses mendominasi 4 kursi DPR RI Dapil Bali, masing-masing Wayan Koster, Made Urip, Nyoman Dhamantra, dan IGA Rai Wirajaya. Sedangkan Golkar kebagian dua kursi melalui Sumarjaya Linggih dan IGK Adhiputra (ayah dari Bagus Adhi Mahendra Putra). 

Sebaliknya, Demokrat kebagian dua kursi DPR RI Dapil Bali di Pileg 2009, yakni melalui Jero Wacik dan Wayan Sugiana. Karena Jero Wacik diminta jadi Menteri, kursinya di DPR RI digantikan Gede Pasek Suardika dengan status PAW. Sedangkan satu kursi DPR RI Dapil Bali lainnya hasil Pileg 2009 diorebut Gerindra melalui AA Jelantik Sanjaya. 

Sementara itu, IGN Arya Wedakarna masih merajai tarung perebutan kursi DPD RI Dapil Bali, karena hingga kemarin memimpin dengan 91.465 suara. Wedakarna dikuntit AA Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat, Ketua DPD PDIP Bali yang berada di peringkat kedua dengan 81.445 suara. 

Sedangkan kandidat incumbent Kadek Lolak Arimbawa membayangi di peringkat ketiga dengan perolehan suara sementara tembus 80.669. Lolak bersaing dengan Pasek Suardika, mantan Ketua Komisi III DPR RI asal Buleleng yang kemarin berada di peringkat empat dengan 77.996 suara. Pasek Suardika mengatasi trio kandidat incumbent IGN kesuma Kelakan (46.125 suara), Wayan Sudirta (30.315 suara), dan Nengah Wiratha (26.111 suara). 

Sementara itu, calon DPD RI favorit yang kini Ketua Komisi I DPRD Bali dari PDIP, Made Arjaya, lempar handuk alias menyerah, setelah hingga kemarin tercecer di peringkat delapan. Arjaya tertinggal dengan hanya mengantongi 28.079 suara sementara, setingkat di atas Srikandi Golkar Dewa Ayu Sri Wigunawati (27.927 suara). 

Arjaya mengatakan politik sama dengan sandiwara. Ketika diskenario tidak berada di panggung, maka akan ada aksi, menunggu kesempatan dalam sebuah skenario untuk naik dan melakukan aksi. “Pertama, saya sampaikan karena saya didukung masyarakat Bali, apa pun hasilnya saya tarung berebut kursi DPD RI. Tapi, kalau hal terburuk terjadi, inilah politik. Apa pun bisa terjadi. Ibarat sandiwara, kapan berada di panggung, kapan tidak beraksi di panggung, itu sudah ada proses,” ujar Arjaya di Denpasar, Selasa kemarin. 

Arjaya menegaskan, hasil Pileg 2014 yang melahirkan kandidat anggota DPD RI berdasarkan perolehan suara sementara, sudah bisa dilihat aspirasi dan keinginan masyarakat. “Ya, inilah masyarakat kita. Mereka menginginkan sosok seperti sekarang, ya masyarakat sudah punya pertimbangan, punya pilihan dengan alasan-alasan,” tegas politisi militan PDIP asal Sanur, Denpasar Selatan ini. 

Dalam politik, kata Arjaya, juga tidak ada istilah kalah dan menang, karena proses terus berjalan. Apalagi, sejak mau naik menjadi anggota DPRD Bali melalui Pileg 2004 lalu, dirinya sudah berusaha dijegal. Sampai puncaknya pada Pileg 2009 lalu, Arjaya dirinya ditaruh di nomor urut sepatu (8) agar tidak lolos ke kursi Dewan. Beruntung, di detik-detik terakhir jelang coblosan Pileg 2009, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan penentuan kursi dengan sistem tarung bebas dan suara terbanyak. Sarjaya pun tembus kursi Dewan dan kembali dipercaya menjadi Ketua Komisi I DPRD Bali. 

Menghadapi Pileg 2014, tidak ada ampun bagi Arjaya. Karena dianggap jadi pesaing kuat di pencalegan DPRD Bali Dapil Denpasar, Arjaya diberangus. Arejaya akhirnya maju sebagai calon DPD RI. “Itulah pengalaman yang jadi sejarah saya di politik. Bukan mencari kambing hitam, tapi saya tidak akan pernah mundur dari politik,” ujar Arjaya. 

Terus, apa target berikutnya? Menurut Arjaya, setiap tahun ada event politik. Pada 2015, ada Pilkada Denpasar untuk memilih Walikota/Wakil Walikota. Meskipun dirinya tidak menjadi calon saat itu, Arjaya tetap akan mewarnai perpolitikan. “Kita berusaha untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, minimal kepentingan masyarakat di Denpasar. Berjuang itu kan tidak hanya duduk di DPRD Bali, tidak duduk di eksekutif saja. Tidak jadi Dewan pun bisa memperjuangkan kepentingan masyarakat,” katanya. (DN - NB)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com