Informasi soal penyadapan terhadap Indonesia kembali muncul. Kali ini dilaporkan bahwa intelijen Australia juga menyadap percakapan telepon Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2009 lalu. Selain Presiden SBY, penyadapan juga dilakukan terhadap Ibu Negara Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri senior Indonesia.
Sejauh ini belum ada tanggapan dari pemerintah Australia mengenai penyadapan ini. Namun beberapa waktu lalu, surat kabar Jerman, Der Spiegel memberitakan bahwa kedutaan-kedutaan Australia di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, digunakan untuk menyadap percakapan telepon dan data.
Bahkan media Inggris, The Guardian menuliskan, badan intelijen elektronik Australia, atau yang juga disebut Direktorat Sandi Pertahanan, DSD bekerja sama dengan Badan Keamanan Nasional AS, NSA melakukan operasi pengintaian di Indonesia selama KTT perubahan iklim PBB di Bali pada 2007 lalu.
Usai pertemuan dengan Wapres RI Boediono pekan lalu, Perdana Menteri (PM) Tony Abbott sempat angkat bicara mengenai operasi pengintaian tersebut.
"Semua negara, semua pemerintahan mengumpulkan informasi. Itu tidak mengejutkan. Tidak mengagetkan," kata Abbott seperti dilansir The Guardian, Senin (18/11/2013).
"Kami menggunakan informasi yang kami kumpulkan itu untuk kebaikan, termasuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan Indonesia," tandasnya. Dikatakan Abbott, dalam pertemuan dengan Boediono tersebut, dirinya menawarkan untuk meningkatkan level pertukaran informasi kedua negara.
"Karena saya ingin rakyat Indonesia mengetahui bahwa semua, semua yang kami lakukan adalah untuk membantu Indonesia serta membantu Australia. Indonesia adalah negara yang sangat saya hormati," tutur pemimpin baru negeri Kangguru itu.
Sejauh ini belum ada tanggapan dari pemerintah Australia mengenai penyadapan ini. Namun beberapa waktu lalu, surat kabar Jerman, Der Spiegel memberitakan bahwa kedutaan-kedutaan Australia di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, digunakan untuk menyadap percakapan telepon dan data.
Bahkan media Inggris, The Guardian menuliskan, badan intelijen elektronik Australia, atau yang juga disebut Direktorat Sandi Pertahanan, DSD bekerja sama dengan Badan Keamanan Nasional AS, NSA melakukan operasi pengintaian di Indonesia selama KTT perubahan iklim PBB di Bali pada 2007 lalu.
Usai pertemuan dengan Wapres RI Boediono pekan lalu, Perdana Menteri (PM) Tony Abbott sempat angkat bicara mengenai operasi pengintaian tersebut.
"Semua negara, semua pemerintahan mengumpulkan informasi. Itu tidak mengejutkan. Tidak mengagetkan," kata Abbott seperti dilansir The Guardian, Senin (18/11/2013).
"Kami menggunakan informasi yang kami kumpulkan itu untuk kebaikan, termasuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan Indonesia," tandasnya. Dikatakan Abbott, dalam pertemuan dengan Boediono tersebut, dirinya menawarkan untuk meningkatkan level pertukaran informasi kedua negara.
"Karena saya ingin rakyat Indonesia mengetahui bahwa semua, semua yang kami lakukan adalah untuk membantu Indonesia serta membantu Australia. Indonesia adalah negara yang sangat saya hormati," tutur pemimpin baru negeri Kangguru itu.
Abbott saat itu juga menolak menyebut penyadapan yang dilakukan negaranya sebagai aktivitas mata-mata. "Menggunakan istilah mata-mata, itu bahasa yang agak berlebihan... mungkin tepatnya mengumpulkan keterangan. Berbicara dengan orang-orang. Memahami apa yang terjadi," tandasnya.
Sementara mengenai kabar terbaru soal penyadapan yang dilakukan intelijen Australia terhadap Presiden SBY dan pejabat-pejabat Indonesia, juru bicara Abbott menolak berkomentar.
"Konsisten dengan praktik sejak lama pemerintah Australia, dan demi kepentingan keamanan nasional, kami tidak berkomentar mengenai masalah intelijen," cetusnya. (Detik)
Sementara mengenai kabar terbaru soal penyadapan yang dilakukan intelijen Australia terhadap Presiden SBY dan pejabat-pejabat Indonesia, juru bicara Abbott menolak berkomentar.
"Konsisten dengan praktik sejak lama pemerintah Australia, dan demi kepentingan keamanan nasional, kami tidak berkomentar mengenai masalah intelijen," cetusnya. (Detik)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com