Cerita Lain Seorang Mangku Pastika - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

11/8/13

Cerita Lain Seorang Mangku Pastika

 PERHATIAN !
Isi dari kontent ini merupakan kiriman yang di posting oleh masyarakat dalam sebuah Forum Diskusi di salah satu Group Media Sosial  Buleleng Jengah ! dengan Pemilik akun Poetu Jay



 
I NYOMAN WIJAYA

Berikut ini salah satu artikel di Sebuah Surat Kabar di Bali, yang menarik untuk kita simak agar kita bisa lebih fair / adil dalam menilai seorang tokoh yang benar-benar berjuang untuk Bali yang Maju, Aman , Damai , Sejahtera.

“De, saya menunjuk kamu menjadi Ketua Tim Investigasi peledakan bom di Kuta, Bali. Saya sudah bicara dengan pers. Jadi kamu segera berangkat hari ini,” begitu suara Kapolri Da’i Bachtiar di ujung telepon ketika berkomunikasi dengan Made Mangku Pastika. Peristiwa itu terjadi 16 Oktober 2002, di mana Mangku Pastika (saat ini Gubernur Bali) masih menjabat Kapolda Papua. “Siap Pak!,” kata Mangku Pastika.

Saat sang ajudan membisikkan bahwa ada telepon dari Kapolri Kapolri Da’i Bachtiar, Pastika sedang menjadi salah satu pembicara pada seminar “Papua Sebagai Zona Damai” di Jayapura. Seminar ini sendiri digelar atas kerjasama Polda Papua, DPRD Papuan dan sebuah LSM yang concern pada masalah HAM yakni Elsam.

Agar peserta seminar tidak terganggu, sebelum menerima telepon dari Kapolri, Mangku Pastika guyon pada mereka. “Bapak-bapak, Ibu-ibu, saya minta maaf. Ada dua orang di dunia ini, bila mereka telepon, dalam keadaan apapun, harus segera saya terima. Pertama bila ditelepon Kapolri dan kedua bila ditelepon istri saya. Nah, saat ini yang menelpon Pak Kapolri, jadi saya harus menerimanya,” ujar Pastika yang disambut gelak tawa peserta seminar.

Setelah itu, terjadilah dialog seperti yang dikutip di awal tulisan ini. Pastika lantas mengabarkan kepada para peserta seminar, bahwa dia ditunjuk menjadi Ketua Tim Investigasi. Tanpa dinyata, beberapa orang Papua protes. Mereka tak mau Mangku meninggalkan Papua, karena mereka sudah akrab dengan pria kelahiran Buleleng itu. Orang Papua mengancam untuk demo. Namun, setelah dijelaskan bahwa itu untuk kepentingan nasional, dan Pastika tak akan melupakan Papua, mereka baru tenang.

Pastika sendiri sempat shock, karena 1 jam setelah ledakan bom di Kota, empat hari sebelumnya, Pastika menonton Breaking News di CNN. Saat itu dia kebetulan menginap di Hotel Sheraton, Timika. Sebagai putra Bali, Pastika tak menyangka tanah tumpah darahnya menjadi sasaran tindakan laknat teroris. Apa salah Bali? Apa salah orang Bali? Begitu dia membatin. Dia lantas membayangkan masyarakat Bali akan menderita karena pariwisata yang jadi andalan, lumpuh.

Rasa jengah untuk membantu memulihkan pariwisata Bali antara lain dengan mengungkap kasus terorisme, membuat Pastika bertekad menjalankan dengan sungguh jabatan yang disandarkan ke pundaknya, Ketua Tim Investigasi Bom Bali. Ini jabatan yang tidak main-main karena pengungkapan kasus serupa di Tanah Air, hasilnya nihil. Da’i Bachtiar juga tidak sembarang menunjukan orang.

Pastika punya reputasi yang mengagumkan di bidang reserse. Da’i Bachtiar cukup mengenalnya, karena Da’i pernah menjadi atasan langsung Pastika. Saat itu belum menjadi Kapolri, Da’i sempat menjadi Dankorserse Mabes Polri, dan Pastika menjadi salah satu direktur di lembaga elit itu. Da’i juga tahu Pastika pernah menjadi sekretaris MCB Interpol. Ketika menjadi perwira menengah, Pastika juga pernah menempuh pendidikan di International Crime Inteligency Course, Inggris.

Selain itu, Mangku Pastika pernah menimbah ilmu bidang management of serious crime course (MOSC) di Canbera, Australia. Pesertanya kepala-kepala polisi di Negara bagian. Satu-satunya siswa tamu hanya Pastika. Balakangan saat Pastika ditunjuk menjadi Ketua Tim Investigasi Bom Bali, salah seorang rekannya di MOSC yakni Mick Keelty menjadi Kepala Polisi Federal Australia. Hubungan emosional yang baik keduanya sangat membantu ketika Australia juga membantu Indonesia dalam upaya mengungkap kasus bom Bali.

Sejumlah perwira polisi yang membantu Pastika juga punya reputasi hebat, misalnya Gories Mere memimpin penyergaban, Udjo Juaeri yang membawahi unit intelijen, Pranowo membawahi unit investigasi serta unit lainnya. Dengan rendah hati, Pastika dalam sejumlah kesempatan mengatakan, keberhasilan pengungkapan kasus bom Bali berkat kehebatan anak buahnya. “Saya lebih banyak berperan di bidang ledership-nya, memimpin banyak orang, termasuk polisi dari negara-negara lain,” ujarnya merendah.

Menyimak berbagai prestasi yang diraih Pastika dan kontribusinya terhadap Bali, banyak orang yang kecewa ketika secara sepihak sebuah kempok media di Bali yang selalu menista Pastika melalui pemberitaan. Seolah-olah Pastika itu bukan siapa-siapa. Sampai-sampai seorang wartawan senior dengan geram mengatakan bahwa bos media tersebut tidak tahu diri. Terlalu memposisikan diri hebat, seolah paling berjasa terhadap Bali. Padahal tiap hari korannya mengiklankan jual tanah Bali dan kerjanya ngancam investor untuk memperoleh iklan, dst.

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com