Dewata News - Tabanan
Banyak yang beranggapan menekuni pekerjaan sebagai bengkel (montir) kurang gengsi. Apalagi yang nampak adalah senantiasa belepotan dengan kotor, oli, serta seragam atau pakaian yang lusuh dan dekil Belum lagi kendala modal untuk membeli peralatan. Padahal untuk saat ini, peluang usaha jasa perbengkelan sangat menjanjikan. Karena kebutuhan akan jasa bengkel sangat tinggi, seiring dengan terus bertambahnya kendaraan. Tak pelak kini di sepanjang jalan raya, makin banyak yang menangkap peluang tersebut dengan membuka jasa bengkel, baik untuk sepeda motor maupun mobil.
Seperti diberitakan Suluh Bali , Made Sandi, 35 tahun, salah seorang bengkel sepeda motor di pinggir jalan raya Timpag, Tabanan, mampu membuktikan, kalau sudah tekad kuat, jalan keluar pasti ditemukan. Setelah bertahun-tahun ikut orang, atau bekerja sebagai karyawan di beberapa bengkel besar di Denpasar, ia pun pulang kampung dengan memboyong istri dan anak-anaknya. Karena menurut laki-laki yang terlahir kembar ini, di desa juga kebutuhan akan jasa bengkel sangat tinggi. Memulai usaha bengkel, bapak dari 2 orang anak ini, hanya bermodal kompresor serta satu set kunci. Temapat usaha juga ia buat seadanya.
Hari Minggu, hari-hari libur dan hari Raya, merupakan hari panen konsumen bagi Made. Karena anak-anak sekolahan, atau karyawan akan mencari hari libur buat menservice sepeda motornya. Ada yang Cuma ganti oli, nambah angin, service mesin ringan dsb-nya. Karena Made hanya menerima layanan jasa khusus untuk sepeda motor. Kalo Cuma nambah angin, Made menarik ongkos Rp.1.000 s/d Rp 2.000. Press ban dalam Rp. 7.000. Tapi jasa service hasilnya akan jauh lebih banyak. Sementara kalau mengganti spare part, Made akan mencarikan ke toko spare part atau distributor. “Terlalu butuh modal besar, kalau langsung menyediakan spare part,” katanya. Disamping itu, menurut pengakuannya, modal yang ditanam untuk membeli spare part juga lama. “Ya kalau cepat laku dan lancar sih tidak apa-apa. Karena keuntungannya jg lumayan, tapi kalau terlalu lama gak laku, modal jadi beku,” katanya.
Membuka usaha di desa, Made juga tidak bisa lepas dari kegiatan adat di desa. Laki-laki yang hanya menamatkan bangku Sekolah Dasar (SD) ini juga aktif sebagai sekehe Gong di banjar. Kalau gong nya kupah, atau ada ngayah di banjar, Bengkel Made otomatis tutup. Karena memang usaha bengkelnya ia jalankan seorang diri. “Ya begitulah resiko kita mebanjar,” ungkap laki-laki yang istrinya juga seorang pedagang canang dan banten ini, sambil menghela nafas.
Meski begitu, kini tanpa terasa kedua anaknya mampu ia biayai untuk melanjutkan sekolahnya. Putra pertamanya kini sudah duduk di bangku SMP, sedangkan putrinya yang nomor dua masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Disaat waktu luang, Made mencari pekerjaan tambahan yakni membantu kalau ada yang mencari atau menjual sepeda motor maupun mobil. “Ya luamayan, kadang dapat rejeki dari sana, kadang tidak,” katanya. Tapi disaat rame, konsumenpun antre menunggu giliran. Kadang sampe malam Made masih melayani konsumen di bengkelnya. Begitulah sosok seorang Made, meski tidak bersekolah tinggi, tapi mampu mandiri, dan membuktikan dirinya bisa surfive.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com