Sebelas tahun Pasca Tragedi Bom Bali I, pariwisata di Kuta tampak sudah normal kembali. Kawasan bekas tragedi tersebut akhirnya menjadi saksi sejarah kelam terenggutnya ratusan nyawa. Hingga akhirnya untuk mengenang tragedi tersebut maka dibangun sebuah monumen yang kita kenal sekarang Ground Zero atau monument Bali.
Tak salah nama Ground Zero diberikan, karena lokasi monumen berada di antara Sari dan Paddy's, tepatnya di depan bekas areal Sari Club dan di samping kanan bekas areal Paddy's Pub. Di monumen tersebut tertulis 196 nama-nama korban tewas yang berhasil diidentifikasi. Ada pula 22 bendera yang berkibar, menandakan korban tewas berasal dari 22 negara. Monumen ini dibangun untuk mengenang dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan, terutama para korban ledakan Bom Bali pertama.
Di bekas areal Paddy's kini telah berdiri bangunan baru bernama Vi Ai Pi, sebuah tempat hiburan dengan embel-embel resto, club & lounge di belakang namanya. Sedangkan Paddy's juga kembali dibangun oleh pemilik lamanya, namun posisinya tidak lagi persis di lokasi yang lama. Paddy's yang baru bergeser beberapa puluh meter masih di Jalan Legian dan kini dikelola oleh putra Gde Wiratha.
Seperti dikutip dari Sunari Dewata , berangkat dari keadaan tersebut, salah satu lembaga non profit dari Australia berniat membangun Taman Perdamaian Bali (Bali Peace Park) tepat di ex- sari Club Kuta tersebut. Pada peringatan sebelas tahun tragedi Bom Bali, yayasan tersebut meluncurkan desain dan rencana pengembangan Bali Peace Park. Michael White yang kini bernama Made Wijaya, menilai kehadiran taman itu sangat penting bagi keluarga korban.
Dirinya menjelaskan, taman tersebut akan dibangun dengan 202 tiang yang mewakili jumlah korban Bom Bali I. Lokasinya 800 are itu juga akan dipenuhi dengan pepohonan dan gazebo tempat untuk beristirahat. Tak hanya itu, dalam designnya, disetiap sudut akan dibangun tempat ibadah yang mewakili masing-masing agama.
Nick way, Ketua Yayasan Bali Peace Park menyebutkan dana pembangunan itu dikumpulkan dari donatur dan hibah dari pemerintah Australia. Hingga kini, dana tersebut sudah terkumpul sebanyak US$ 1 juta. Sementara itu, Djinaldi Gosana selaku humas menyatakan taman ini dibangun menginat ditempat tersebut pernah terjadi tragedi yang bisa saja menimbulkan perpecahan. Namun dalam perjalananya ternyata justru menimbulkan perdamaian dan persatuan.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com