Denpasar,
Dewata News.Com – Kiprah A.A.
Ngurah Gede Puspayoaga, putra Bali yang dipercaya Presiden Joko Widodo sebagai
Menteri Koperasi dan UMKM, dalam meningkatkan geliat usaha kecil dan menengah
(UKM) sudah terlihat sejak menjadi Wali Kota Denpasar.
Buktinya, sejumlah program kerja yang dilakukan, cukup banyak bermuara
pada peningkatan UKM di Denpasar. Bahkan, salah satu program yang diluncurkan,
yakni kredit tanpa agunan (KTA) menjadi contoh bagi daerah lainnya di
Indonesia. Program ini juga menjadi inspirasi pemerintah pusat meluncurkan
program serupa dengan nama lain.
”Komitmen Pak Puspayoga untuk meningkatkan UKM tidak perlu diragukan lagi. Beliau memiliki sejumlah program yang inovatif dalam mengembangkan UKM di Denpasar, ketika menjadi Wali Kota Denpasar, ia mengeluarkan program KTA. Ini menjadi program rintisan bagi daerah lain dan juga pusat,” ujar Sekretaris Kota Denpasar AAN Rai Iswara, Jumat (31/10).
Ketika Puspayoga menjadi Wali Kota, Rai Iswara sempat menjabat sebagai
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar. Kebijakan dalam membangkitkan
koperasi juga menjadi perhatian serius Puspayoga saat menjadi orang nomor satu
di Denpasar. Sejumlah penghargaan tingkat nasional di bidang koperasi, seperti
Bhakti Koperasi pun diraihnya.
”Kebetulan saat itu saya menjadi Kadis Koperasi, jadi tahu betul
komitmennya dalam meningkatkan UKM dan koperasi,” kata Rai Iswara.
Kiprah lainnya, kata Rai Iswara, yakni kepala daerah yang pertama juga
menetapkan penggunaan kain tenun lokal (endek) sebagai seragam wajib para PNS
di lingkungan Pemkot Denpasar. Artinya, kebijakan ini berusaha untuk menjaga
dan melestarikan UKM di bidang tenun lokal yang saat itu mengalami masa sulit.
Kebijakan ini pun akhirnya ditiru sejumlah kabupaten/kota lainnya untuk
menggunakan kain lokal sebagai seragam PNS, seperti batik dan kain tenun lokal lainnya.
”Jadi ketika Puspayoga diberikan tugas sebagai Menteri UKM, bagi saya
itu pilihan yang tepat. Karena track
record-nya sejak lama sangat concern di
bidang UKM,” kata Sekot Denpasar ini.
Apa yang disampaikan Rai Iswara tentu sangat beralasan. Sebab, dalam
setiap kesempatan Puspayoga selalu berbicara ekonomi kerakyatan. Bahkan ketika
seminar Outlook 2013 di Sanur, 20 November 2012, Puspayoga menyatakan bahwa,
pola BTDC menjadikan rakyat Bali jadi penonton. Karenanya kue pariwisata harus
dibagi secara merata. Caranya dengan memeratakan infrastruktur dan
mengoptimalkan kearifan lokal, maka akan tercipta pemerataan secara ekonomi.
Ketika itu, Puspayoga yang Wagub Bali menyatakan, dalam mengoptimalkan
kearifan lokal, minimal ada tiga hal yang harus dilakukan. Pertama,
mendokumentasikan kearifan lokal Bali, baik yang berbentuk fisik maupun tata
nilai. Setelah didokumentasikan, kearifan lokal itu harus dilestarikan. Apabila
sudah berhasil melestarikannya, baru bisa berbicara untuk mengembangkan dan
mengoptimalkan kearifan lokal itu untuk bersaing dalam ekonomi global.
”Kalau tidak ada manajemen seperti itu, saya yakin kearifan lokal kita
tidak akan bisa bersaing dalam kancah ekonomi global,” tegasnya. (DN~TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com